Senin, 23 Agustus 2010

PRODUK TEMBIKAR (kwali,cobek,kreweng,dll)DI DESA PAGERGUNUNG


Tembikar adalah hasil karya seni manusia yang dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan dan fungsi yang berbeda. Salah satu yang dapat dijumpai adalah peralatan memasak tradisional.
Adalah seorang Mbah Tunik yang telah 60 tahun menggeluti pembuatan tembikar, khususnya peralatan memasak tradisional yaitu kuali, penggorengan, cobek, dan anglo. Peralatan serbaguna berbahan tanah liat ini diproses dalam waktu 3 hari. Dimulai dari penjemuran, tanah liat yang sudah kering disiram air. Setelah itu, tanah liat diinjak-injak hingga tekstur tanah menjadi padat dan halus. Kemudian, tanah liat ini dibentuk dengan cara yang sederhana dan jauh dari teknologi. Tembikar setengah jadi ini, dijemur sampai kering kemudian pada hari-hari tertentu, akan dibakar. Pembakaran menggunakan batang bambu karena dapat menghasilkan panas yang tinggi dan membuat tembikar berubah warna menjadi merah secara alami setelah 4 jam.
Bertempat di Desa Pagargunung, tepatnya di Dusun Sembung, home industry ini mendapatkan kehidupannya dari pedagang tembikar yang mengambil hasil kerajinan ini setiap 5 minggu sekali. Hanya karena ada di desa, bukan berarti tembikar hanya digunakan secara local. Tembikar hasil karya Mbah Tunik sudah dikenal bahkan sampai Kediri. Bahkan, Mbah Tunik tidak perlu membawa hasil karyanya, karena pedagang langsung mengambil 400 hasil karyanya sekali ambil.
Dengan pembuatan yang sederhana dam masih tradisional, kenaikan harga bahan bakar tidak mempengaruhi usahanya ini. Dengan rendah hati, Mbah Tunik hanya menjawab pendapatannya sebulan berkisar Rp. 3.000.000,00 ketika kami bertanya dengan ragu-ragu.